Selasa, 13 Juli 2010

dieng..............



Antara mie ongklok sate sapi
Dan
Sie rambut gimbal


Dieng adalah dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.


Dieng adalah wilayah vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa. Kawah-kawah kepundan banyak dijumpai di sana. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu di Dieng sejuk mendekati dingin, berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara terkadang dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Perjalanan menuju dieng, didahului dengan melewati kabupaten wonosobo, tempat yang memiliki salah satu masakan khas yaitu mie ongklok sate sapi, dinamakan ongklok karena proses memasak mie tersebut di “ongklok-ongklok” atau di kopyok kata pemilik warung khas tersebut
santapan ini menjadikan imajinasiku semakin liar akan segala ciptaan TUHAN yang berada di wonosobo dan sekitarnya. Sepanjang perjalanan ternyata imajinasi itu menjadi nyata karena TUHAN memiliki banyak keindahan di sepanjang perjalanan menuju dataran tinggi dieng. Perjalanan semakin menanjak menuju dataran tinggi dieng, dibarengi dengan dinginnya udara perjalanan, kanan- kiri tak lepas mata ini memandang banyaknya hasil bumi berupa sayuran yang telah menjadi komoditi dan penghasilan mereka. Perjalanan terus berlangsung dengan pemandangan yang sama sampai kami menuju desa karang tengah.
Sebelum kami sampai di desa yang kami tuju, perjalanan kami terhenti karena perjalanan sesak dengan pengunjung yang telah di cari tau ternyata mereka akan menghadiri ritual pemotongan rambut gimbal yang akan di langsungkan di lapangan sekitar dieng, konon ceritanya pemotongan rambut gimbal atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan potong gombak hingga kini masih dilestarikan warga Desa Batursari, Temanggung, Jawa Tengah, yang berada di lereng Gunung Sumbing. Seorang anak yang memiliki rambut gimbal harus melakukan ritual potong rambut karena telah menginjak usia tujuh tahun.

Sebelum melakukan pemotongan rambut, anak tersebut bersama kedua orangtuanya terlebih dahulu melakukan prosesi arak-arakan mengelilingi kampung diiringi sesepuh desa. Potong rambut dilakukan oleh pemuka agama.

Usai ritual pemotongan, para penari berjoget mengelilingi sang anak yang duduk dikelilingi aneka makanan. Bagi warga Batursari mereka mempercayai bahwa anak yang rambutnya tumbuh gimbal harus dilakukan ruwatan pemotongan untuk membuang sengkala atau kesialan.

Karena tradisi ritual potong rambut gimbal memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka bagi keluarga yang kurang mampu biasanya pemerintah daerah menggelar ritual potong gimbal massal secara gratis.(liputan 6. Temanggung)

1 komentar: